Hingga 29 Desember 2021, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mencatatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sejumlah Rp1,093 triliun.
Pencapaian ini diklaim sebagai catatan historis lantaran nilai PNBP KKP belum pernah mencapai angka tersebut di periode-periode sebelumnya. “Itu namanya rebound,” kata Menteri KKP, Wahyu Sakti Trenggono, beberapa waktu lalu. Walau demikian, pencapaian tersebut mendapatkan beberapa catatan dari Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia.
Menurut DFW, peningkatan tersebut merupakan akumulasi semua sumber PNBP KKP yang meliputi PNBP perikanan, BLU, PNBP lainnya, dan potensi tagihan. Koordinator Nasional DFW Indonesia, Moh Abdi Suhufan, mengatakan bahwa realisasi PNBP keseluruhan KKP tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 30,1% dari realisasi tahun 2020. “Meningkat dari Rp 840 miliar menjadi Rp1,093 triliun atau naik sebesar 30,1%” ujarnya. Secara lebih spesifik, Abdi menyoroti realisasi PNBP perikanan tangkap. Menurutnya, realisasi PNBP di sektor tersebut hanya mengalami kenaikan sebesar 7,4 persen atau sebesar Rp 48 miliar dari Rp 643 miliar di tahun 2020 menjadi Rp 691 miliar di tahun 2021 ini.
Abdi mencatat bahwa pencapaian PNBP perikanan jauh dari target awal KKP yang ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar Rp 1 triliun. Melesetnya target penerimaan PNBP perikanan tersebut, katanya, disebabkan oleh skema penarikan PNBP dengan sistem pasca-produksi yang belum dapat diterapkan pada tahun 2020 lalu seperti aturan dan instrumen pelaksanaan pendukung PNBP pasca-produksi seperti sistem pencatatan, enumerator, syahbandar, timbangan online, dan sistem jaringan, belum siap 100 persen di lapangan.
Sementara itu, peneliti DFW Indonesia, Muh Arifuddin, menyoroti realisasi produksi perikanan yang tidak pernah mencapai target RPJMN 2020-2024 maupun rencana strategis KKP. Dalam rencana strategisnya tahun 2020-2024, KKP menetapkan target produksi perikanan tahun 2020 dan 2021 masing-masing sebesar 26,46 juta ton dan 27,89 juta ton. Namun realisasi produksi perikanan tahun lalu hanya 15,5 juta ton, dan tahun ini 18,03 juta ton. Walaupun 18,03 juta ton merupakan angka bulan Oktober 2021, tapi Arif meragukan dalam 2 bulan terjadi kenaikan produksi perikanan yang signifikan. “Perkiraan kami realisasi produksi perikanan sampai akhir tahun ini tidak akan mencapai 19 juta ton,” katanya.
Sejauh ini produksi perikanan tahun 2021 dikontribusikan oleh produksi perikanan tangkap sebanyak 5,8 juta ton dan perikanan budidaya 12,25 juta ton. Arif juga mengungkapkan perbedaan target produksi perikanan menurut RPJMN 2020-2024 dengan Renstra KKP 2020-2024. “Target produksi perikanan tidak sinkron antara Bappenas dan KKP, di mana Bappenas menetapkan angka 20,4 juta ton, sementara KKP lebih tinggi lagi yaitu 32,5 juta ton,” katanya. Dengan demikian, Arif menyarankan agar Bappenas dan KKP bisa duduk bersama untuk menyepakati target produksi perikanan yang lebih realistis, sinkronisasi data, dan sekaligus dokumen perencanaan. “Gapnya terlalu jauh yaitu 14,1 juta ton sehingga akan membingungkan proses evaluasi pada akhir tahun 2024 nanti,” tutup Arif.
******
Sumber Utama: Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia