LAUT CINA SELATAN DALAM KRISIS: ESKALASI KETEGANGAN ANTARA FILIPINA DAN TIONGKOK

Panasnya sengketa antar kedua negara China-Filipina terjadi di perairan Laut China Selatan, dimana kedua pihak saling klaim atas kedaulatan dan hak-hak maritim mereka. Ketegangan semacam ini dapat meningkatkan risiko terjadinya konfrontasi militer. Dikutip melalui wawancara VOA bahwa kementerian luar negeri Filipina mengatakan sebuah kapal penjaga pantai dan sebuah kapal pemerintah lainnya rusak dalam insiden 30 April di dekat Scarborough Shoal yang disengketakan.

Manila dan Beijing punya riwayat sengketa teritorial yang panjang di Laut China Selatan. Kedua negara ini telah terlibat dalam beberapa insiden maritim dalam beberapa bulan ini, akibat adanya klaim kepemilikan yang saling bertentangan di perairan strategis tersebut.

Dalam keterangannya, kapal penjaga pantai China sebelumnya mengatakan pihaknya sudah mengusir dua kapal Filipina dari perairan di dekat Pulau Huangyan(nama: Scarborough Shoal versi China). Perairan dangkal ini telah menjadi titik konflik antara kedua negara sejak China merebutnya dari Filipina pada tahun 2012.

Penyelesaian konflik di Laut China Selatan dengan adanya melibatkan upaya diplomasi yang intensif, baik melalui dialog bilateral antara negara-negara yang terlibat maupun melalui forum internasional seperti ASEAN atau PBB. Diplomasi ini bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak untuk mengelola sengketa dengan cara damai.

Insiden Filipina-China di Laut China Selatan menunjukkan kompleksitas dan sensitivitas dari sengketa wilayah di kawasan tersebut, serta pentingnya upaya diplomatik yang kuat untuk mencegah eskalasi konflik yang lebih lanjut dan mendorong penyelesaian yang berkelanjutan dan damai atas sengketa tersebut.

***