SEBARAN SPASIAL TIDAK MERATA: BUKA LAHAN BARU BUKAN SOLUSI UTAMA

Foto: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Ilustrasi dua area yang memperlihatkan perbedaan luasan mangrove dalam beberapa dekade terakhir. Area pertama menunjukkan mangrove yang lebat dan luas, sementara area kedua menunjukkan mangrove yang berkurang drastis dan terfragmentasi. Luasan mangrove global telah berkurang mengutip dari Global mangrove alliance memperkirakan lebih dari 60% telah hilang atau terdegradasi hingga saat ini dan dengan tambahan hilang 1 % per tahun. Dengan demikian, hutan mangrove dunia menghilang 3 sampai 5 kali lebih cepat dibandingkan hilangnya hutan global.Penurunan luasan lahan mangrove dapat terjadi  karena aktivitas penebangan pohon mangrove, perusakan hutan mangrove untuk pembangunan infrastruktur dan pencemaran air.

Pelestarian dan restorasi mangrove sangat penting untuk menjaga keberlangsungan ekosistem pesisir, keanekaragaman hayati laut. Sehingga jika terlalu banyak aktivitas penenbangan akan berdampak buruk, seperti mengganggu keseimbangan ekosistem pesisir, hilangnya habitat spesies flora dan fauna yang hidup di kawasan mangrove, serta hilangnya fungsi mangrove sebagai pelindung pesisir dari badai dan gelombang laut. Selain itu, kehilangan mangrove dapat meningkatkan tingkat pencemaran air di daerah pesisir dan dapat meningkatkan tingkat pencemaran air di daerah pesisir.

Langkah rehabilitasi kawasan mangrove bisa dilakukan dengan  mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mangrove dan cara menjaga kelestariannya. Penanaman mangrove juga bisa dilakukan secara kolaboratif bersama masyarakat lokal. Pemerintah bisa ikut berperan dalam perlindungan mangrove, salah satunya dengan membuat kawasan suaka mangrove yang dilindungi secara hukum.Melindungi mangrove bukan hanya tentang menjaga lingkungan, tetapi juga tentang mempertahankan keseimbangan ekosistem pesisir yang penting bagi kehidupan manusia dan satwa liar.

Pembukaan hutan mangrove dapat berdampak buruk terhadap lingkungan dan mengancam keberlangsungan habitat spesies yang hidup di kawasan mangrove. Keputusan untuk tidak membuka pembukaan mangrove terutama di wilayah Papua dan Maluku didasarkan pada pertimbangan lingkungan, keberlanjutan, dan perlindungan ekosistem yang rentan di daerah tersebut. Kawasan Papua dan Maluku merupakan rumah bagi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, termasuk spesies endemik yang hanya dapat ditemukan di daerah tersebut.Melihat urgensi peran ekosistem mangrove bagi keberlanjutan ekosistem, penting bagi seluruh lapisan masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian mangrove dan memastikan keberlanjutan ekosistem pesisir ini.

***