APAKAH ECOLABEL DAPAT MENEKAN LAJU IUUF DAN OVERFISHING?

3 prinsip penilaian berdasarkan standar Marine Stewardship Council (MSC) (Gambar: MSC Website)

Di Februari ini, produk perikanan Tuna Indonesia berhasil mendapatkan sertifikat dari Marine Stewardship Council (MSC)1 melalui Asosiasi Perikanan Pole and Line dan Handline Indonesia (AP2HI)2. Organisasi tersebut mendapatkannya untuk produk perikanan Tuna Sirip Kuning (yellowfin) dan Cakalang (skipjack). Keberhasilan AP2HI mendapatkan sertifikat MSC, menjadikan Indonesia sebagai negara yang sukses memiliki sertifikasi 11.000 ton Tuna Sirip Kuning dan Cakalang untuk dipasarkan di Amerika Serikat dan Eropa. Capaian tersebut menjadi yang ketiga kali bagi Indonesia. Hal ini juga menjadi bentuk dukungan dalam mewujudkan perikanan tuna skala kecil yang berporos pada keberlanjutan. 

Indonesia sendiri merupakan penghasil perikanan Tuna terbesar ketiga di dunia yang memenuhi standar keberlanjutan perikanan yang tinggi. Proses demi proses penilaian harus dilakukan oleh penilai yang independen, seperti SAI Global yang melakukan penilaian untuk sertifikasi MSC. Kemudian, diikuti dengan penilaian terperinci dan konsultasi para pihak oleh Western and Central Pacific (WCPFC)3 yaitu sebuah badan yang bertanggungjawab atas 60 persen tangkapan tuna dunia, juga Pemerintah Pusat dan Provinsi4. Dalam prosesnya, sertifikasi melibatkan 380 kapal penangkap ikan yang tersebar luas di kepulauan Indonesia, mulai dari Sulawesi Utara, dan Maluku Utara, hingga ke Laut Banda, Flores Timur, dan Flores Barat. Semua itu menjadi bagian dari komitmen kerja sama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan MSC. 

Marine Stewardship Council (MSC)5 adalah sebuah organisasi lingkungan nirlaba yang mengeluarkan sertifikasi standar global perikanan berkelanjutan. Mempunyai visi dan misi mengembalikan dan berkontribusi akan kesehatan laut dan keberlanjutan hasil pangan laut untuk generasi berikutnya. MSC memiliki beberapa standar penilaian yang digunakan sebelum suatu badan usaha perikanan dikatakan layak mendapatkan sertifikat MSC Label tersebut. Badan perikanan tersebut nantinya akan dinilai oleh pemberi sertifikasi independen yang terakreditasi atau disebut dengan Conformity Assessment Bodies (CABs). 

Ada 3 prinsip penilaian6 yang akan dilihat dari suatu badan usaha perikanan sebelum kemudian dinyatakan lolos sertifikasi yaitu: 

Sustainable Fish Stocks – Stok Ikan Berkelanjutan atau penilaian berdasarkan jumlah ikan yang masih tersisa di laut, serta pola dan sistem penangkapan harus pada tingkat atau level yang memastikan keberlanjutan stok ikan tanpa batas waktu dan populasi ikan yang produktif dan sehat. 

Minimizing Environmental Impact – Meminimalisir Dampak Lingkungan atau penilaian yang melihat dan mengukur dampak dari kegiatan penangkapan ikan. Dimana dalam poin penilaian ini, kegiatan penangkapan ikan harus dikelola dengan hati-hati agar spesies dan habitat lain di dalam ekosistem ini tetap sehat. 

Effective Fisheries Management – Manajemen Perikanan yang Efektif adalah poin penilaian dimana badan perikanan wajib mematuhi hkum yang relevan dan mampu beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang berubah. Hal ini termasuk peraturan dan ketetapan dalam menggunakan alat tangkap ikan yang sesuai dengan hukum yang berlaku. 

Ketua AP2HI Janti Djuari mengatakan bahwa Sertifikat MSC bisa diraih oleh AP2HI, dengan bantuan dari International Pole and Line Foundation (IPNLF) yang berperan sebagai inisiator awal untuk mendorong perikanan yang berkelanjutan, terutama perikanan Tuna Sirip Kuning dan Cakalang skala kecil. Janti juga mengatakan sertifikasi asosiasi sendiri merupakan sebuah sinergi dari industri kolektif termasuk didalamnya dukungan dari KKP dan sejumlah pihak lainnya. 

Hal ini pantas diapresiasi dan dipertahankan. Adanya sinergi yang komprehensif antara pemerintah dengan organisasi, pengusaha, hingga ke akar rumput pun perlu terus dilakukan guna mendukung kegiatan penangkapan ikan yang berkelanjutan dan bisa ditelusuri seperti ini. Apalagi jika merujuk pada Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, selain Tuna, ada jenis ikan pelagis maupun demersal lainnya yang menjadi komoditas utama dari hasil laut Indonesia. Disusul juga dengan beberapa jenis udang, cumi-cumi, gurita, tilapia, serta rumput laut7. Ditambah dengan adanya sejumlah agenda program KKP yang gencar menggaungkan peningkatan ekspor komoditas perikanan seperti adanya Lumbung Ikan Nasional (LIN)8, pembangunan empat pelabuhan di Provinsi Banten9, pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)10 dan masih banyak lagi. 

Adanya sejumlah agenda dan program kerja yang bertujuan untuk peningkatan jumlah ekspor komoditas laut pun wajib dibarengi dengan adanya pemantauan dan pengawasan penangkapan komoditas perikanan yang tetap harus memperhatikan keberlanjutan, stok perikanan sehat dan produktif, penangkapan dan pengelolaan ikan yang mengacu pada keamanan dan kesehatan ekosistem serta manajemen perikanan yang efektif di laut Indonesia. Selain sinergi yang komprehensif dari berbagai pihak mulai dari pemerintah pusat dan daerah, organisasi dan pengusaha di bidang perikanan, hingga edukasi ke nelayan dan masyarakat pesisir pun menjadi poin penting yang harus diperhatikan dan diimplementasikan ke dalam sejumlah program. 

Kegiatan penangkapan dan pengelolaan ikan berkelanjutan dan dapat ditelusuri ini, hanyalah satu mata rantai dari keseluruhan usaha menjadikan laut Indonesia yang sehat – baik secara ekosistem maupun stok perikanannya. Mulai dari hulu ke hilir, dari wilayah pesisir hingga ke dalam laut, semua menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam proses “perawatan dan pembersihan” laut dari tindakan penangkapan ikan yang destruktif, eksploitatif, dan hanya mementingkan pengerukan ekonomi saja. Diharapkan, capaian sertifikasi ini akan menjadi “pecutan” bagi Pemerintah dan seluruh pihak yang ikut ambil bagian dalam sejumlah aktivitas penangkapan ikan, untuk termotivasi dan mengimplementasikan suatu “ekosistem” penangkapan dan pengelolaan ikan dan komoditas laut lainnya yang mempunyai semangat sustainability, transparency, dan trackable demi jaminan masa depan laut yang sehat untuk generasi berikutnya. 

******

1https://www.msc.org/about-the-msc/what-is-the-msc 2https://ekonomi.bisnis.com/read/20210201/99/1350479/raih-sertifikat-msc-11000-ton-tuna-indonesia-siap-tembus-as-dan-eropa 

3https://www.mongabay.co.id/2021/02/10/pengelolaan-stok-tuna-berkelanjutan-berbuah-sertifikat-msc/

4https://ekonomi.bisnis.com/read/20210201/99/1350479/raih-sertifikat-msc-11000-ton-tuna-indonesia-siap-tembus-as-dan-eropa 5https://www.msc.org/about-the-msc/what-is-the-msc 

6https://www.msc.org/standards-and-certification/fisheries-standard

7https://ekonomi.bisnis.com/read/20200115/99/1190579/ekspor-hasil-perikanan-indonesia-naik-108-persen 

8https://www.mongabay.co.id/2021/02/10/support-lin-maluku-harus-cerdas-dan-bijak-kelola-kekayaan-lautnya/ 9https://www.antaranews.com/berita/2007025/menteri-trenggono-kkp-fokus-kembangkan-4-pelabuhan-perikanan-banten 

10https://www.merdeka.com/peristiwa/kkp-dorong-skpt-biak-jadi-pengungkit-ekonomi-masyarakat.html