Foto: Supri Yadha/Kaltim Today
Sempat menggemparkan publik, kematian seekor Pesut Mahakam kembali terjadi. Hewan endemik Kaltim bernama Mr. Four ditemukan mati di kawasan perairan Bukit Jering, Kalimantan Timur. Kematian hewan dengan nama latin Orcaella brevirostris ini menimbulkan beberapa perdebatan dari kalangan masyarakat dimana kematian hewan endemik ini mungkin disebabkan oleh pembangunan Infrastruktur Kawasan Strategis Nasional (IKN). Hal ini menyoroti dampak pembangunan infrastruktur IKN terhadap ekosistem dan keberlangsungan hidup satwa-satwa liar, terutama spesies terancam punah seperti Pesut Mahakam.
Kematian Mr Four ini juga menambah persentase jumlah kematian hewan endemik di perairan Mahakam, meski tidak signifikan. Berdasarkancatatan RASI, dalam dua tahun belakangan ini, setiap tahunnya terdapat pesut yang mati. Hingga kini, populasi pesut Mahakam hanya sebanyak 67 ekor.
Menurunnya jumlah populasi Pesut Mahakam harus diusut serius. Meski jarak antara pembangunan IKN dengan temuan kematian pesut ini disebut jauh, tetapi menurut perspektif lingkungan, jarak tersebut sangatlah dekat hanya sekitar 100 km. Pemerintah daerah perlu melakukan evaluasi kembali terhadap pembangunan IKN yang sedang berlangsung.
Perlu dilakukan penelitian penyebab kematian hewan endemik Kaltim ini. Selain itu, Pemerintah perlu memperhatikan kembali pencemaran lingkungan sampai aktivitas kapal yang dapat mengganggu keberlangsungan hidup Pesut Mahakam. Kemungkinan matinya Pesut Mahakam juga diakibatkan oleh suara kapal sampai kemungkinan berbenturan dengan badan kapal. Menurut Sobat KORAL, apakah kematian Pesut Mahakam dapat diakibatkan oleh pencemaran dampak dari pembangunan IKN? Mengingat tidak hanya Pesut Mahakam yang terancam, namun hewan lain yang tinggal di hutan Kalimantan seperti burung, orang utan, bekantan, dan macan juga menghadapi ancaman yang sama.
***