BENARKAH HILIRISASI NIKEL BERDAMPAK PADA LINGKUNGAN?

Foto: Instagram/@seasia.stats 

Saat ini Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia,namun ekstraksi dan pengolahan nikel yang tidak berkelanjutan menyebabkan dampak serius terhadap lingkungan dan masyarakat lokal setempat. 

Untuk itu, evaluasi terhadap hilirisasi nikel di Indonesia merupakan langkah yang sangat penting mengingat dampaknya yang kompleks. Meskipun nikel memiliki potensi sebagai bahan baku untuk energi terbarukan, terutama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik, proses produksinya seringkali tidak sesuai dengan prinsip keadilan sosial dan pelestarian lingkungan.

Sistem produksi nikel yang tidak berkeadilan dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat adat, buruh, dan komunitas lokal dalam mengakses sumber daya alam dan memperoleh kompensasi yang adil. Selain itu, dampak lingkungan dari proses ekstraksi dan pengolahan nikel juga dapat merusak ekosistem sungai dan laut, yang merupakan sumber penghidupan dan mata pencaharian utama bagi masyarakat lokal .

Aksi main tebang lahan warga dengan sembarangan pada tahun 2018 oleh perwakilan perusahaan PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) merupakan pelanggaran serius terhadap hak-hak properti dan hak-hak masyarakat setempat. Tindakan seperti ini tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga menimbulkan dampak yang merugikan bagi pemilik lahan dan komunitas sekitarnya.

Melakukan penebangan pohon tanpa izin dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti: erosi tanah, kehilangan habitat satwa liar, dan penurunan kualitas udara.Pemblokiran akses ke kebun dapat mengganggu mata pencaharian dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat, sementara penggalian tanah tanpa izin dapat merusak struktur tanah dan mengganggu ekosistem lokal.Selain itu, penanganan limbah dari proses pengolahan nikel juga menjadi masalah serius, karena pembuangan limbah yang tidak sesuai (berbahaya) dapat mencemari irigasi pertanian dan sumber air bersih, mengancam kesehatan masyarakat dan keberlanjutan pertanian lokal. Hal ini juga menyulitkan masyarakat untuk hidup secara layak.

Perlu dilakukan evaluasi serius terhadap hilirisasi nikelsecara menyeluruh, dengan mempertimbangkan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi dari proses produksi tersebut. Langkah-langkah perlindungan lingkungan yang ketat, pemantauan yang kuat terhadap kepatuhan perusahaan terhadap regulasi, serta keterlibatan aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini.

Maka dari itu, penting bagi pemerintah dan industri untuk memprioritaskan pengembangan teknologi dan praktik produksi yang ramah lingkungan, serta adanya komitmen untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal yang terdampak. Dengan demikian, hilirisasi nikel di Indonesia dapat menjadi lebih berkelanjutan dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi semua pihak.

***